Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Anak Hebat Dunia Akhirat

Setiap tanggal 23 Juli negeri ini memperingati Hari Anak Nasional (HAN) sebagai momentum penting untuk meningkatkan kepedulian terhadap hak-hak anak serta memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar anak-anak Indonesia secara optimal. Peringatan ini diharapkan menjadi momen bagi para orang tua maupun bagi masyarakat secara umum untuk memperhatikan kondisi anak – anak bangsa yang merupakan gambaran masa depan negeri ini. Terlebih di tahun ini Peringatan HAN mengangkat tema “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045”.

Anak merupakan anugerah yang paling indah dan berharga yang dikirimkan Allah ta’ala untuk setiap keluarga. Merekalah generasi penerus yang memerlukan perhatian dan pendidikan dari orang tua. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Setiap anak dilahirkan di atas fitrah (kesucian atau tauhid), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi, sebagaimana unta melahirkan anaknya yang sempurna. Adakah kamu melihat ada cacat pada anak unta tersebut?' Para sahabat bertanya: 'Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak kecil yang meninggal sebelum dewasa?' Rasulullah menjawab: 'Allah lebih mengetahui apa yang akan mereka perbuat." (HR. Ibnu Hibban)

Di sisi lain H. Muhammad Faizin menyampaikan bahwa di Al-Qur’an disebutkan lima tipe atau jenis anak. Tipikal anak yang pertama dalam Al-Qur’an disebut sebagai Qurrata a’yun. Hal ini disebutkan dalam surat Al-Furqan ayat 74 yang Artinya: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS Al-Furqan [25]: 74). 

Qurrata a’yun adalah anak yang mampu menjadi penenang hati, penyejuk jiwa, sekaligus ke depannya mampu menjadi pemimpin orang-orang yang bertakwa.
Tipikal anak yang kedua adalah sebagai perhiasan. Hal itu disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 46, Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”

Tipikal anak yang ketiga adalah bisa menjadi musuh. Allah ta’ala berfirman yang artinya: "Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. At-Taghabun [64]: 14). 

Ulama menjelaskan tentang ayat bahwa sesungguhnya diantara para istri dan anak-anak ada yang menjadi musuh yang menghalang-halangi dari jalan Allah, dan menggembosi dari ketaatan kepada Allah.

Sejumlah fenomena viral di media belakangan ini menunjukkan bagaiman anak menjadi musuh bagi orang tuanya. Ada anak yang tega menggugat orang tuanya ke pengadilan karena permasalahan keluarga. Ada pula cerita anak - anak yang rela mengirim orang tuanya ke panti jompo, bahkan berpesan pada pengelola panti agar tidak perlu memberi kabar tentang orang tuanya walau orang tuanya sakit atau bahkan meninggal. Sungguh fenomena miris ini telah disampaikan Allah ta’ala dalam Al Qur’an sebagai pengingat bagi kita semua.

Tipikal anak keempat adalah sebagai fitnah atau ujian. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat At-Taghabun ayat 15,  artinya: "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." 

Harta dan anak-anak adalah bagian dari cobaan dan ujian. Terkadang mereka membawa kepada mencari harta yang haram dan meninggalkan ketaatan kepada Allah, padahal di sisi Allah terdapat pahala yang besar bagi orang yang mendahulukan ketaatan kepada-Nya daripada ketaatan kepada anak-anaknya dan kesibukan dengan harta. Dan pahala yang agung tersebut adalah Surga.

Salah satu fakta tentang hal ini dapat kita lihat pada kisah seorang ibu di Pekanbaru yang sanggup melakukan tindak pidana korupsi hingga milyaran rupiah demi membiayai gaya hidup anaknya yang borjuis.

Tipikal anak yang kelima adalah mereka yang menjadi penghalang dan menjadikan orang tua lalai beribadah. Allah berfirman artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu membuatmu lalai dari mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS Al-Munafiqun: 9).

Terkadang kecintaan yang berlebihan pada keluarga, khususnya pada anak membuat hati orang tua lemah sehingga menempatkan rasa sayang yang salah dengan membiarkan anak – anak melalaikan kewajibannya atau melakukan kemaksiatan – kemaksiatan kecil yang berulang.

Tentu kita berharap anak – anak kita adalah anak yang tergolong anak yang Qurrata a’yun. Anak yang menjadi penenang hati, penyejuk jiwa, sekaligus ke depannya mampu menjadi pemimpin orang-orang yang bertakwa. Tipikal anak ini tidak hadir ke dunia begitu saja. Namun untuk mendapatkan anak semacam ini dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari orang tua dengan mengasuh, mendidik, dan memberi nafkah dengan rezeki yang halal.

Allah ta’ala mengingatkan dalam firmanya-Nya dalam surah  al-Tahrim ayat 6 yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah ta’al memerintahkan kaum muslimin untuk mendidikan dan melindungilah diri dari neraka dengan melaksanakan apa yang Allah perintahkan dan meninggalkan apa yang Allah larang, serta melindungi keluarganya (anak dan istrinya) dengan cara yang sama yakni melaksanakan ketaatan pada Allah ta’ala dan meninggalkan larangan Allah agar terbebas dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.

 

Khatimah

Islam memerintahkan para orang tua untuk mendidik anak – anaknya dengan pendidikan sebaik – baiknya sesuai tuntunan dari Allah dan Rasul-Nya. Sungguh anak – anak adalah investasi masa depan bagi sebuah ummat. Kondisi ummat di masa depan dapat digambarkan dengan kondisi generasi mudanya (anak – anak) di masa kini.

Di sisi lain, anak juga merupakan “investasi akhirat” bagi para orang tua. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah artinya: "Ketika seseorang telah meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali 3 (perkara) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa baginya."

Hadits ini menginformasikan bahwa anak shalih yang mendoakan orang tuanya yang telah wafat niscaya selalu mendatangkan pahala kebaikan karena ia menjalankan kebaikan dalam agama ini sesuai yang diajarkan oleh orang tuanya. Semoga kita dianugerahi anak –anak shalih yang berbakti pada orang tua dan berguna agama dan kaum muslimin. Aamiin.

Posting Komentar untuk "Anak Hebat Dunia Akhirat"