Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pendidikan Berdasar Akidah Islam

Guru adalah pelita dalam kegelapan, namun menjadi guru zaman sekarang memiliki tantangan dan risiko tersendiri. Selain bertanggungjawab untuk mencerdaskan anak – anak bangsa, guru juga harus menghadapi siswa dari berbagai latar belakang, bahkan menghadapi tantangan yang mengancam jiwa atau raga. Tidak sedikit kisah guru dianiaya murid atau wali murid, atau dilaporkan pada pihak berwajib.

Betapa sulitnya mendidik generasi zaman sekarang. Tutur kata tidak lagi menunjukkan penghormatan kepada guru. Berani melawan hingga tega membunuh sang guru ketika diingatkan atau dinasihati. Guru seakan serba salah, bersikap tegas sesuai aturan dianggap abai tehadap hak asasi, namun saat longgar dengan aturan siswa menjadi tidak terkendali.  Pada akhirnya, guru sekadar mengajar, bukan mendidik karena sudah dirundung keputusasaan.

Di sisi lain kasus guru dianiaya siswanya sama banyaknya dengan kasus siswa yang dianiaya gurunya. Belum lagi maraknya praktik perundungan di sekolah. Beragam kasus kekerasan fisik maupun verbal yang terjadi di seputar dunia pendidikan menjadi PR besar bagi negeri ini. Saatnya kita mulai merenung, instrospeksi diri untuk mencari solusi.

 

Pendidikan dalam Islam

Bagi seorang muslim menuntut ilmu adalah salah satu kewajiban dan termasuk bagian ibadah ghairu mahdoh. Perintah untuk mencari ilmu sudah maklum diketahui oleh umat Islam. Beberapa diantaraya adalah ayat-ayat berikut:

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang kalian tahu” (QS. Al-Mujadalah: 11).

شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Allah menyaksikan bahwa tiada Tuhan selain Dia, berikut malaikat, dan orang-orang berilmu seraya menegakkan keadilan. Tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Perkasa nan Bijaksana” (QS. Ali Imran: 18).

إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya hanya ulama lah yang takut kepada Allah dari golongan hamba-Nya” (QS. Fathir: 28).

Ayat-ayat di atas didukung oleh hadis Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, di antaranya :

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah pahamkan dia dalam urusan agama” (HR. Al-Bukhari No. 71).

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Mencari ilmu sangatlah diwajibkan bagi setiap muslim” (HR. Al-Baihaqi No. 1547).

اغْدُ عَالِمًا، أَوْ مُتَعَلِّمًا، أَوْ مُسْتَمِعًا، أَوْ مُحِبًّا، وَلَا تَكُنِ الْخَامِسَةَ فَتَهْلِكَ

“Jadilah orang alim, pelajar, pendengar, atau pecinta ilmu. Jangan menjadi yang kelima (selain yang disebutkan), niscaya engkau akan hancur” (HR. Ath-Thabrani No. 5171).

Dengan demikian, seiring banyaknya dalil yang mengarah pada perintah manusia untuk berilmu, niscaya ilmu menjadi sebuah kebutuhan yang sangat urgen dimiliki oleh manusia.
Islam bukan hanya memberi perintah namun juga memberi panduan pelaksanaan pada ummatnya.

Perintah sholat diiringi pelajaran tata cara sholat. Perintah Haji disertai dengan adanya syarat, rukun dan sahnya ibadah haji. Perintah menunaikan zakat juga diatur dalam fiqh zakat. Pun demikian dalam kewajiban menuntut ilmu, Islam memberikan pedoman bagi manusia sebagai titian untuk menunaikan kewajiban. Bukan sekedar mencari ilmu yang hasilnya justru kontaproduktif bagi kehidupan manusia.

Secara umum, ada dua tujuan pokok pendidikan Islam, yakni :

Pertama, membangun kepribadian islami, yakni pola pikir (aqliyah) dan jiwa (nafsiyah). Keharusan ini karena akidah Islam adalah asas kehidupan setiap muslim sehingga harus dijadikan asas berpikir dan berkecenderungan. 

Terdapat banyak ayat Al-Qur’an dan hadis penggugah berpikir sebagai buah keimanan kepada Allah ta’ala. Misal, QS Ali Imran ayat 191, “Dan mereka berpikir tentang penciptaan langit dan bumi.”

Kedua, mempersiapkan anak-anak kaum muslim agar di antara mereka menjadi para ulama yang ahli di setiap aspek kehidupan, baik ilmu-ilmu keislaman  maupun berbagai bidang sains. 

Akidah Islam menjadi satu-satunya asas landasan dibangunnya sebuah metode pendidikan, baik dalam pelajaran ataupun pembelajaran. Hal itu tiada lain karena akidah inilah yang menjadi asas pemikiran. Akidah harus menjadi yang pertama dan utama kemudian baru membangun maklumat dan ide-ide di atasnya.

Akidah sekuler yang memisahkan agama dengan kehidupan terbukti telah gagal menjadi pegangan hidup manusia. Sekulerisme mengajarkan manusia menanggalkan agama dan tauhidnya dalam menjalani kehidupan publik dan hanya menjadikan agama di ruang privat. Akibatnya manusia kehilangan arah saat menjalani kehidupan di tengah masyarakat.

Sekulerisme menjadikan materi (kapital) dan manfaat sebagai ukuran keberhasilan. Para murid sekolah dengan tujuan mendapat pekerjaan, guru menjadikan tugas mengajar hanya sebatas profesionalisme kerja, dan para orang tua pun lebih bangga dengan nilai akademik dibanding perkembangan akhlaq putra – putrinya, bahkan terkadang tidak mau tahu bagaiman nilai tersebut di dapat. Orang tua juga tidak jarang rela membantu putranya dengan cara yang tidak halal untuk masuk ke sekolah favorit atau untuk mendapatkan pekerjaan tertentu.

Pemikiran sekuler yang menjadikan kapital (harta) sebagai kemulian tertinggi menjadi penyebab utama berbagai masalah dalam dunia pendidikan. Melalaikan aturan Allah ta’ala demi manfaat materi dunia. Saatnya pemikiran ini ditinggalkan oleh kaum muslimin, kembali menjadikan akidah Islam sebagai dasar kehidupan termasuk dalam urusan menuntut ilmu. 

Sungguh Allah ta’ala menjanjikan banyak kemulian bagi orang – orang beriman yang menuntut ilmu karena landasan iman. Allah ta’ala berfirman :

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang kalian tahu” (QS. Al-Mujadalah: 11).

Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,

مَنْ سلَكَ طَرِيْقاً يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْماً سَلَكَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ طَرِيْقاً مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh jalan pencari ilmu, niscaya Allah bentangkan jalan untuknya berupa jalan surga” (HR. Abu Dawud No. 3641).

 

Khatimah

Peradaban Islam yang membangun pendidikan berdasarkan akidah Islam telah banyak melahirkan cendekiawan dan ilmuwan yang ahli berbagai bidang. Semisal Al Khawarizmi, seorang ahli matematika, dikenal Barat dengan Algebra atau Aljabar. Dengan kecerdasannya, beliau merumuskan hitungan matematika jauh lebih mudah dengan angka nol ketika peradaban Romawi masih menggunakan angka romawi yang susah dipelajari.

Seorang ahli kimia, Jabir Ibnu Hayyan atau dikenal dengan nama Ibnu Geber, rumusan beliau menjadi dasar bagi ilmuwan Barat di bidang kimia. Bapak kedokteran dunia, Ibnu Sina atau dikenal Avicenna, Ibnu Rusyd, Al-Farabi, dan lainnya menjadi bukti bahwa ulama pada masa peradaban Islam tidak hanya lihai dalam ilmu agama, namun juga menguasai ilmu umum, sains dan teknologi.

Wallahu a’lam bi ashowab

Posting Komentar untuk "Pendidikan Berdasar Akidah Islam"