Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perkataan Makruf Lebih Baik dari ‘Sedekah Pesawat’ Sekalipun

 

Oleh : Ust. Herman Anas**

MANUSIA bukan hanya makhluk individu, tapi juga makhluk sosial yang harus berinteraksi satu dengan yang lain. Bukan hanya makhluk yang berinteraksi dengan Tuhannya sehingga lupa di kanan kirinya ada tetangga yang mendampinginya. Rasulullah telah mencontohkan secara sempurna, baik hubungan individu dengan Allah, dengan manusia lain dan dengan alam.

Rasulullah adalah tipe ideal (مثل الاعلى). Beliau teladan yang baik dalam segala hal. Sebagai individu, suami, ayah, kakek bahkan hingga kepala negara. Umat Islam wajib mencontoh beliau. Selain beliau, pendapat dan perbuatannya bisa diambil juga bisa ditolak. Tokoh Islam jika diidolakan karena beliau mengikuti Rasulullah . Saat tokoh menyimpang, maka tidak boleh diikuti. Apalagi tokoh dan idola di luar islam yang sangat jelas jauh dari petunjuk dan tidak ada jaminan selamat dunia akhirat.

Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak. Sebagaimana sabdanya yang populer :

انمابعثت لاتمم مكارم الاخلاق. اخرجه احمد والحاكم والبخاري فى ادب المفرد

Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak. (Riwayat Imam Ahmad, Hakim dan Bukhari dalam kitab adabul mufrad).

Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an. Beliau dihiasi dengan akhlak akhlak yang mulia dan dijauhkan dari akhlak yang tercela.  Beliau juga dianugerahi kalimat yang padat, ringkas dan penuh makna (jawamiul kalim).

Di antara akhlak Rasulullah adalah berkata baik dan tidak keluar dari lisannya kecuali itu adalah wahyu. Rasulullah bersabda :

( من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذ جاره، ومن كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليكرم ضيفه، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت ) رواه البخاري .

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan sakiti tetangganya, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, muliakanlah tamunya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam. (Hadist riwayat Bukhari)

Hadits tersebut menjelaskan bahwa berkata baik atau diam adalah sebagai salah satu tanda bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Iman tidaklah cukup dalam hati saja. Namun, dibuktikan dengan perbuatan dan lisan.

Iman muaranya adalah akhlak mulia. Begitupun syariat tujuannya juga akhlak mulia, seperti shalat, puasa, zakat dll. Ibarat tanaman, iman adalah akar. Syariat adalah pohonnya dan akhlak adalah buahnya. Perkataan baik termasuk bagian dari akhlak mulia.

Di dalam surah Al-baqarah 263, Allah juga berfirman :

قول معروف ومغفرة خير من صدقة يتبعها اذى و الله غني حليم

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Mahakaya, Maha Penyantun.

Ayat ini menjelaskan bahwa kata-kata yang baik  (akhlak yang mulia) lebih baik daripada sedekah, apabila orang yang bersedekah tersebut menyakiti orang yang diberi. Bisa dengan lisan menyebut-nyebut, mengungkit pemberiannya, atau dengan perbuatan yang sekiranya menyakitkan. Misal, aku beri engkau pesawat terbang supaya tidak miskin terus, supaya tidak kelihatan susah dst.

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa perkataan baik atau akhlak mulia lebih baik daripada pemberian pesawat sekalipun. Karena lafadz صدقة / shadaqah bentuknya adalah nakirah umum, tidak menyebut sedekah spesifik tertentu. Sehingga bisa termasuk sedekah apapun.

Benarlah ungkapan bahwa :

ادب المرء خير من ذهبه

Adab seseorang itu lebih baik daripada emas atau hartanya.

Persoalan di masyarakat saat ini adalah banyak orang yang sudah tidak membantu terhadap tetangganya, tidak punya emas dan memberi emas, tapi masih banyak komentar buruk atau bahkan melakukan ghibah. Padahal seharusnya berkata baik atau diam agar selamat.

Allah menjamin surga bagi orang yang berkata-kata baik (akhlak mulia) dan termasuk orang muflis (bangkrut) jika lisannya tidak dijaga. Sebagaimana dijelaskan dalam 2 hadits ini :

Dari Sahl bin Sa’ad, Rasulullah bersabda,

ﻣَﻦْ ﻳَﻀْﻤَﻦَّ ﻟِﻲ ﻣَﺎﺑَﻴْﻦَ ﻟِﺤْﻴَﻴْﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺭِﺟْﻠَﻴْﻪِ ﺃَﺿْﻤَﻦْ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ

“Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku untuk menjaga apa yang ada di antara dua janggutnya (lisan) dan dua kakinya (farji), maka kuberikan kepadanya jaminan masuk Surga.” (HR. Bukhari).

Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda,

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Apakah kalian tahu siapa muflis atau orang bangkrut itu?”

Para sahabat menjawab, ”Muflis atau orang yang bangkrut itu adalah yang tidak mempunyai dirham (uang) maupun harta benda.”

Tetapi Nabi berkata, “Muflis atau orang yang bangkrut dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun saat di dunia dia telah mencaci dan menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain tanpa hak. Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam Neraka.” (HR. Muslim).

Walhasil, kata-kata yang baik termasuk akhlak yang mulia. Sedangkan akhlak mulia adalah buah dari aqidah dan syari’ah. Rasulullah pun diutus untuk menyempurnakan akhlak. Semoga kita semua mendapatkan anugerah akhlak mulia.  Wallahu a’lam.

 

*Tulisan ini telah dipublikasikan pada Hidayatullah.com edisi 31 Agustus 2020  

**Penulis adalah Alumni PP Annuqoyah – Sumenep, Mahasiswa Pasca Sarjana UIN KHAS – Jember, Pembina MT. Kalam.

Posting Komentar untuk "Perkataan Makruf Lebih Baik dari ‘Sedekah Pesawat’ Sekalipun"