KLARIFIKASI
Media sosial hari ini telah menjadi bagian dari gaya hidup manusia, bahkan terkadang dunia maya menjadi fakta kedua setelah dunia nyata. Sebagian kalangan lebih condong mengkonsumsi informasi atau berita dari media sosial daripada repot membaca referensi utuh.
Rendahnya budaya literasi masyarakat menjadi tantangan besar bagi
kaum muslimin hari ini. Sebagian kalangan lebih suka membaca potongan berita
yang instan daripada membaca berita atau informasi secara utuh, padahal belum
tentu potongan kalimat tersebut menggambarkan keseluruhan informasi.
Pada bagian lain sebagian masyarakat bersikap gegap gempita
membagikan berita video atau audio dari media sosial karena menganggap berita
tersebut “penting” diketahui oleh publik tanpa melakukan pengecekan informasi.
Padahal bisa jadi antara narasi dan gambar berasal dari waktu dan kejadian yang
berbeda. Akibatnya terjadi kesalahpahaman massal yang bisa jadi merugikan suatu
pihak atau bahkan menyebabkan perselisihan antara kaum muslimin.
Maka syariat tentang “tabayyun”” akan selalu relevan di setiap
zaman, khususnya di jaman dimana tipis
perbedaan anatara berselisih dan berkompetisi.
Tabbayyun
Islam memerintahkan ummat islam untuk senantiasa melakukan
pengecekan terhadap informasi yang diterima, sebagaimana firman Allah swt yang
artinya, “Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu.” (QS al-Hujurât, [49]: 6)
Asbabun Nuzul dari ayat di atas sendiri adalah ketika
Rasulullah saw mengajak seseorang yang bernama Al Harits untuk masuk Islam.
Setelah di ajak oleh Baginda Rasul ia pun menyatakan diri masuk Islam dan
pulang kepada kaumnya untuk mengajak masuk agama Islam. Pada saat itu juga
Rasulullah saw mengajak untuk menunaikan zakat yang disepakati oleh Al Harits.
Ketika waktu telah tiba, Rasulullah saw mengutus
seseorang bernama Al Walid bin Uqbah untuk mengambil zakat yang telah di
janjikan. Namun di dalam perjalanan hati Al Walid bin Uqban menjadi gentar dan
kembali ke Rasulullah saw tanpa datang ke tempat yang seharusnya dituju yaitu
Al Harits. Ketika kembali ia kemudian mengarang cerita bahwa Al Harits tidak
mau menyerahkan zakat dan mengancam membunuhnya. Mendengar cerita tersebut
Rasulullah saw mengutus utusannya untuk datang kepada Al Harits. Namun ternyata
utusan itu bertemu Al Harits ditengah-tengah perjalanan yang sedang menuju ke
tempat Rasul dengan membawa zakat yang telah di janjikan.
Setelah bertemu Rasulullah Al Harits menceritakan yang
sebenarnya. Dan Kemudian turunlah QS Al Hujurat ayat 6, dimana sebagai sebuah
peringatan bagi umat muslim agar selalu bertabayyun dalam menghadapi informasi dan tentunya meminta penjelasan dari kedua belah pihak.
Sangat berbahaya jika tidak bertabayyun, karena bisa menimbulkan perpecahan
sampai pertumpahan darah.
Secara eksplisit, ayat di atas mengharuskan kita
melakukan tabayyun, dalam bahasa Indonesia sehari-hari dapat disepadankan dengan
kata ‘klarifikasi’. Pengertian tabayyun dibedakan menjadi dua,
yaitu pengertian secara bahasa dan istilah, Secara bahasa tabayyun adalah
mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaan sesungguhnya.
Jika dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia atau yang biasa kita kenal KBBI
diartikan sebagai pemahaman atau penjelasan.
Sementara
secara istilah tabayyun bermakna meneliti dan menyeleksi suatu berita, tidak
secara tergesa-gesa dalam memutuskan suatu permasalahan baik dalam perkara
hukum, kebijakan dan sebagainya hingga sampai jelas benar permasalahnnya,
sehingga tidak ada pihak yang merasa terdzolimi atau tersakiti dan terhindar
dari perpecahan antar sesama manusia.
Tabayyun merupakan salah
satu akhlak mulia dan salah satu prinsip penting dalam menjaga kemurnian agama
Islam dan keharmonisan dalam pergaulan sosial. Begitu juga dalam kehidupan bermasyarakat seseorang akan
terhindar dari permusuhan antar sesama muslim atau manusia yang lain karena
bisa bertabayyun dengan sempurna.
Allah swt bahkan memerintahkan umat muslim agar
selalu bertabayyun dalam mencari kebenaran dari apa yang telah kita dengar,
karena memang di situlah setan dengan tipu muslihat menggoda iman kita untuk
langsung menghakimi seseorang bersalah tanpa menanyakan tentang kebenaran yang
sesungguhnya, hal ini begitu mengkhawatirkan terutama ketika kita bermasyarakat
atau bersosial pada umumnya.
Jujur Bagian Akhlaq Islam
Nabi Muhammad saw, selama 40 tahun beliau menjadi
pribadi yang jujur lebih dulu, hingga digelari al-Amîn (Yang Bisa Dipercaya),
baru kemudian diangkat menjadi utusan Allah untuk mengajarkan Islam kepada umat
manusia.
Berkaitan dengan hal itu (kejujuran dan
kebohongan), Rasulullah saw pernah bersabda:
“Berpegang-teguhlah dengan kebiasaan berkata benar.
Sesungguhnya berkata benar mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan
mengantarkan ke surga. Seseorang yang selalu berkata benar, maka ia akan
ditulis di sisi Allah sebagai orang yang benar. Dan, jauhilah kebohongan.
Sesungguhnya kebohongan mengantarkan kepada kejahatan, dan kejahatan
mengantarkan ke neraka. Seseorang yang biasa berbohong, maka ia akan ditulis di
sisi Allah sebagai pembohong.” (HR
Bukhari-Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallâhu ‘anhu).
Bohong dengan perkataan atau perbuatan merupakan
salah satu tanda-tanda nifâq (kemunafikan). Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Indikator orang munafiq ada tiga macam.
Ketika berbicara ia berbohong; ketika berjanji ia menyalahi janjinya; dan
ketika dipercaya ia berkhianat.” (HR. Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah ra).
Ulama dari Universitas Al-Azhar, Kairo, As-Sayyid
Sabiq menjelaskan bahwa iman dan kebiasaan bohong tidak bisa berkumpul dalam
hati seorang mukmin. Rasulullah saw berwasiat agar umat Islam memiliki sifat
jujur dan menjauhi sifat pembohong. Sebab, Islam tidak akan tumbuh dan berdiri
kokoh dalam pribadi yang tidak jujur.
Islam memandang kebohongan adalah induk dari
berbagai dosa dan kerusakan dalam masyarakat. Oleh karena itu jangan sampai kita
menjadi seorang pembohong yang menyebabkan perselisihan diantara kaum muslimin
karena menyebarkan berita yang belum kebenarannya. Maka hendaklah senantiasa
SARING sebelum SHARING.
Posting Komentar untuk "KLARIFIKASI"