Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kalimat Tauhid

Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,Islam dibangun di atas lima perkara: (1) syahadat ‘an laa ilaaha illallah wa anna muhammadan rasuulullah’, (2) mendirikan salat, (3) menunaikan zakat, (4) puasa Ramadan, dan (5) berhaji ke Baitullah.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)

Kalimat Tauhid laa ilaaha illallah menjadi prioritas dan inti dari dakwah Islam. Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,”Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Mu’adz ke Yaman, Rasulullah bersabda kepadanya, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi sebuah kaum Ahlul Kitab. Maka, hendaknya yang engkau dakwahkan pertama kali adalah agar mereka men-tauhid-kan Allah Ta’ala. Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka salat lima waktu dalam sehari semalam.

Jika mereka mengerjakan itu (salat), maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka untuk membayar zakat dari harta mereka, diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir. Jika mereka menyetujui hal itu (zakat), maka ambillah zakat harta mereka, namun jauhilah dari harta berharga yang mereka miliki.” (HR. Bukhari no. 7372 dan Muslim no. 19)

Bagi umat Islam, kalimat لَا إِلَهَ إِلاَّ الله merupakan kalimat yang sangat mulia dan memiliki keutamaan yang agung. Kalimat tersebut merupakan kalimat tauhid yang menjadi pondasi utama agama Islam. Selain itu, kalimat tersebut juga merupakan wujud persaksian yang diucapkan bersanding dengan kalimat muhammadur rasulullah. Persaksian tersebut merupakan rukun yang pertama dari rukun Islam. Dengan kalimat tersebut, Allah menciptakan para makhluk, mengutus para rasul, dan menurunkan kitab-kitab. Dengan kalimat tersebut pula manusia dapat dibedakan menjadi mukmin atau kafir, menjadi ahli surga atau menjadi ahli neraka.

Allah ta’ala berfirman yang artinya,“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 18)

Dalam tafsir Al-Muyassar dijelaskan bahwa Allah mempersaksikan bahwa Dia satu-satunya Zat yang berhak diibadahi, dan menyandingkan persaksian-Nya dengan persaksian para malaikat, para ahli ilmu dalam perkara paling Agung yang dipersaksikan, yaitu keesaan Allah dan tegaknya Allah dalam menegakkan keadilan, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Dia Yang Maha Perkasa yang tidak ada sesuatupun yang dikehendakinya kecuali pasti terjadi, juga Maha Bijaksana dalam firman-firman dan perbuatan-perbuatan-Nya.

Makna Laa ilaaha illallah [ لآإِلَهَ إِلاَّ الله ] adalah [ لآ معبود حق إِلاَّ اللهُ ] ) ( Laa ma’buuda bi haqqin illallah ), artinya tidak ada sesembahan yang benar dan berhak untuk disembah kecuali hanya Allah saja. Semua sesembahan yang disembah oleh manusia berupa malaikat, jin, matahari, bulan, bintang, kuburan, berhala, dan sesembahan lainnya adalah sesembahan yang batil, tidak bisa memberikan manfaat dan tidak pula bisa menolak bahaya.

Pada kalimat [ لآإِلَهَ إِلاَّ الله ] terdapat empat kata yaitu:

1.    Kata Laa لآُ) berarti menafikan, yakni meniadakan semua jenis sesembahan.

2.    Kata ilaah ( إِلَهَ) berarti sesuatu yang disembah.

3.    Kata illa (إِلاَّ ) berarti pengecualian.

4.    Kata Allah (الله ) maksudnya bahwa Allah adalah ilaah/sesembahan yang benar.

Dengan demikian makna [لآإِلَهَ إِلاَّ الله ] adalah menafikan segala sesembahan selain Allah dan hanya menetapkan Allah saja sebagai sesembahan yang benar.

Allah ta’ala berfirman :

ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَايَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Hajj: 62).

Allah juga berfirman :

وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذاً مِّنَ الظَّالِمِينَ

Dan janganlah kamu menyembah sesuatu yang tidak bisa memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah. sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang zalim“. (QS.Yunus : 106)

Dalam kalimat syahadat لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ terdapat dua rukun, yaitu nafi (peniadaan) dan itsbat (penetapan).

a.    Rukun pertama terdapat pada kalimat لآإِلَهَ. Maksudnya adalah membatalkan seluruh sesembahan selain Allah dalam segala jenisnya dan wajib ingkar terhadapnya.

b.    Rukun kedua terdapat pada kalimat إِلاَّ اللهُ . Maksudnya menetapkan bahwa hanya Allah saja satu-satunya yang berhak untuk disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam peribadatan.

Allah ta’ala berfirman yang artinya:“Barangsiapa yang kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.“ (QS. Al Baqarah: 256)

 

Khatimah

Makna Syahadat “Laa ilaaha illallah” yaitu beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, menta’ati hal tersebut dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah.

Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, “Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah”. Khabar “Laa ” harus ditaqdirkan “bi haqqi” (yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan “maujud ” (ada). Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini Tentu kebatilan yang nyata.

Konsekuensi “Laa ilaha illallah” yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala macam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah . Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan illallah.

Namun sayangnya masih ada orang yang mengikrarkan “Laa ilaha illallah” tetapi melanggar konsekuensinya. Mereka menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa para makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya. Mereka menolak ajakan kepada tauhid dan mencela orang yang beribadah hanya kepada Allah semata. Mari melakukan muhasabah (introspeksi diri) apakah kita telah benar – benar telah beriman pada Allah ta’ala secara keyakinan maupun perbuatan.

Wallahu a’lam bi ashowab

Posting Komentar untuk "Kalimat Tauhid"