Kalimat Tauhid
Kalimat Tauhid laa ilaaha illallah menjadi prioritas dan inti
dari dakwah Islam. Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,”Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam mengutus Mu’adz ke Yaman, Rasulullah bersabda kepadanya, “Sesungguhnya
engkau akan mendatangi sebuah kaum Ahlul Kitab. Maka, hendaknya yang engkau
dakwahkan pertama kali adalah agar mereka men-tauhid-kan Allah Ta’ala. Jika
mereka telah memahami hal tersebut, maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah
mewajibkan mereka salat lima waktu dalam sehari semalam.
Jika mereka mengerjakan itu (salat), maka kabarkan kepada
mereka bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka untuk membayar zakat dari
harta mereka, diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan diberikan
kepada orang-orang fakir. Jika mereka menyetujui hal itu (zakat), maka ambillah
zakat harta mereka, namun jauhilah dari harta berharga yang mereka miliki.” (HR. Bukhari no. 7372 dan Muslim no. 19)
Bagi umat
Islam, kalimat لَا إِلَهَ إِلاَّ الله
merupakan kalimat yang sangat mulia dan memiliki keutamaan yang agung. Kalimat
tersebut merupakan kalimat tauhid yang menjadi pondasi utama agama Islam.
Selain itu, kalimat tersebut juga merupakan wujud persaksian yang diucapkan
bersanding dengan kalimat muhammadur rasulullah. Persaksian tersebut merupakan
rukun yang pertama dari rukun Islam. Dengan kalimat tersebut, Allah menciptakan
para makhluk, mengutus para rasul, dan menurunkan kitab-kitab. Dengan kalimat
tersebut pula manusia dapat dibedakan menjadi mukmin atau kafir, menjadi ahli
surga atau menjadi ahli neraka.
Allah ta’ala
berfirman yang artinya,“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS.
Ali Imran: 18)
Dalam tafsir
Al-Muyassar dijelaskan bahwa Allah mempersaksikan bahwa Dia satu-satunya
Zat yang berhak diibadahi, dan menyandingkan persaksian-Nya dengan persaksian
para malaikat, para ahli ilmu dalam perkara paling Agung yang dipersaksikan,
yaitu keesaan Allah dan tegaknya Allah dalam menegakkan keadilan, tidak ada
sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Dia Yang Maha Perkasa yang tidak ada
sesuatupun yang dikehendakinya kecuali pasti terjadi, juga Maha Bijaksana dalam
firman-firman dan perbuatan-perbuatan-Nya.
Makna Laa ilaaha illallah [ لآإِلَهَ إِلاَّ الله ] adalah [ لآ معبود حق إِلاَّ اللهُ ]
) ( Laa ma’buuda bi haqqin illallah ), artinya tidak
ada sesembahan yang benar dan berhak untuk disembah kecuali hanya Allah saja. Semua sesembahan yang disembah oleh manusia berupa
malaikat, jin, matahari, bulan, bintang, kuburan, berhala, dan sesembahan
lainnya adalah sesembahan yang batil, tidak bisa memberikan manfaat dan tidak
pula bisa menolak bahaya.
Pada kalimat [ لآإِلَهَ إِلاَّ الله ] terdapat empat kata yaitu:
1.
Kata Laa ( لآُ) berarti menafikan, yakni meniadakan semua
jenis sesembahan.
2.
Kata ilaah ( إِلَهَ) berarti sesuatu yang disembah.
3.
Kata illa (إِلاَّ ) berarti pengecualian.
4.
Kata Allah (الله ) maksudnya bahwa Allah adalah ilaah/sesembahan yang benar.
Dengan demikian makna
[لآإِلَهَ إِلاَّ الله ] adalah
menafikan segala sesembahan selain Allah dan hanya menetapkan Allah saja sebagai
sesembahan yang benar.
Allah ta’ala berfirman :
ذَلِكَ
بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَايَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ
وَأَنَّ اللهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah,
Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari
Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi
Maha Besar.” (QS. Al Hajj: 62).
Allah juga berfirman :
وَلاَ
تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ
فَإِنَّكَ إِذاً مِّنَ الظَّالِمِينَ
“Dan janganlah kamu menyembah sesuatu yang tidak bisa memberi
manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah. sebab jika
kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang
yang zalim“. (QS.Yunus : 106)
Dalam kalimat
syahadat لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ terdapat
dua rukun, yaitu nafi (peniadaan) dan itsbat (penetapan).
a.
Rukun pertama terdapat
pada kalimat لآإِلَهَ.
Maksudnya adalah membatalkan seluruh sesembahan selain Allah dalam segala
jenisnya dan wajib ingkar terhadapnya.
b.
Rukun kedua terdapat
pada kalimat إِلاَّ اللهُ .
Maksudnya menetapkan bahwa hanya Allah saja satu-satunya yang berhak untuk
disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam peribadatan.
Allah ta’ala berfirman
yang artinya:“Barangsiapa yang kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus.“ (QS. Al Baqarah: 256)
Khatimah
Makna Syahadat “Laa ilaaha illallah” yaitu beri’tikad dan berikrar
bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah
Subhanahu wa Ta’ala, menta’ati hal tersebut dan mengamalkannya. La ilaaha
menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah
adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah.
Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, “Tidak ada sesembahan
yang hak selain Allah”. Khabar “Laa ” harus ditaqdirkan “bi haqqi” (yang hak),
tidak boleh ditaqdirkan dengan “maujud ” (ada). Karena ini menyalahi kenyataan
yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan
berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah.
Ini Tentu kebatilan yang nyata.
Konsekuensi “Laa ilaha illallah” yaitu meninggalkan ibadah kepada selain
Allah dari segala macam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa
ilaaha illallah . Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun,
sebagai keharusan dari penetapan illallah.
Namun sayangnya masih ada orang yang mengikrarkan “Laa ilaha illallah” tetapi
melanggar konsekuensinya. Mereka menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan,
baik berupa para makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut
lainnya. Mereka menolak ajakan kepada tauhid dan mencela orang yang beribadah
hanya kepada Allah semata. Mari melakukan muhasabah (introspeksi diri) apakah
kita telah benar – benar telah beriman pada Allah ta’ala secara keyakinan
maupun perbuatan.
Posting Komentar untuk "Kalimat Tauhid"