Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bangun Pemudi Pemuda

Pemuda selalu menjadi harapan setiap ummat pada semua masa. Kondisi generasi muda masa kini niscaya menjadi gambaran kondisi ummat tersebut di masa depan. Hal ini karena Pemuda memiliki kelebihan dibandingkan generasi yang lebih tua. Pemuda memiliki keistimewaan berupa hiddatul uquul (ketajaman aqal). Membuatnya lebih terbuka dalam berdiskusi, mudah menerima kebenaran termasuk kebenaran dari aqidah Islam, mampu mengamalkan dan berpegang teguh pada syari’at Islam serta tangguh dalam mengemban dakwah Islam. Hal ini yang menjadikan generasi muda seringkali menjadi lokomotif perubahan.

Berbeda dengan as syuyuukh (kalangan tua). Saat dakwah Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam misalnya, kelompok usia ini cenderung pro status quo karena mereka berada pada zona nyaman baik sisi ekonomi, kekuasaan, dan jabatan dalam sistem jahiliyah. Dalam sirah, para penentang dakwah Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam level pertama kebanyakan dari generasi tua, Seperti Walid bin Mughirah, Abu Lahab, Abu Jahal dan sebagainya. Hanya sedikit yang Allah ta’ala selamatkan kalangan mereka sehingga beriman, seperti Abu Sufyan.

Maka tidak heran jika dalam dakwah fase Mekkah, 40 orang assabiqunal awwalun mayoritasnya adalah pemuda. Seperti Sa’ad bin Abi Waqqash saat itu berumur 17 tahun, Ja’far bin Abi Thalib (18 tahun), Mush’ab bin Umair (24 tahun), Abu Bakar as Shiddiq (37 tahun), dan masih banyak shahabat besar yang lainnya. Begitupun pada Bai’at Aqabah 1 dan 2 yang menjadikan Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam secara de facto menjadi pemimpin Madinah juga mayoritas pemuda.

Pada lintasan sejarah negeri ini tercatat pula sejumlah nama yang gemilang di usia muda. Sugondo Djojopuspito memimpin Kongres Pemuda II (1928) pada usia 24 tahun, yang melahirkan Sumpah Pemuda. H.O.S. Tjokroaminoto telah memimpin Sarekat Islam di usia 30 tahun dan dijuluki Raja Jawa Tanpa Mahkota karena wibawanya yang ditakuti Belanda. Kiai Haji Mas Mansur menjadi mubaligh di usia 26 tahun. Jenderal Soedirman menjadi panglima di usia 30 tahun. Bung Hatta yang menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda pada usia 24 tahun, serta Bung Karno yang mendirikan Partai Nasional Indonesia saat berusia 26 tahun.

Namun pemuda masa kini menghadapi tantangan yang berbeda dibanding generasi sebelumnya. Sayangnya sebagian generai muda masa kini lebih memikirkan problem diri pribadi daripada problem ummat ataupun masyarakat. Generasi masa kini lebih peduli pada masalah fisik atau penampilan, obesitas, dan percintaan. Mereka juga berhadapan dengan problem Bullying dan cyberbullying, serta kecanduan gawai yang kadang melahirkan Stres dan depresi.

Belum lagi kebiasaan merokok di usia muda. WHO menyebutkan bahwa setidaknya 1 dari 10 remaja berusia 13—15 tahun sudah mulai melakukan kebiasaan buruk ini. Beberapa remaja bahkan menghadapi masalah dengan minuman keras atau alkohol dan obat-obatan terlarang. Hal ini bisa menimbulkan masalah perilaku buruk lanjutan, seperti seks bebas dan kekerasan, serta gangguan emosional, sosial, dan akademik.

 

Membangkitkan Generasi Muda

Pemuda dan pemudi merupakan harapan masa depan ummat, maka kondisi memprihatinkan yang menerpa pemuda di masa kini perlu disolusi. Pemuda perlu segera dibangkitkan dan diingatkan perihal tugas dan tanggungjawabnya, bukan hanya tanggungjawab berkaitan dirinya sendiri namun juga tanggung jawab pada ummat, masyarakat dan negeri ini.

Meneladani amal Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam, beliau mendudukkan para pemuda dalam majelis ilmu secara intensif di rumah Arqam bin Abi Arqam. Membina ummat agar dapat merubah prilaku jahiliyahnya dengan memberikan pemahaman baru yang haq. Setiap wahyu turun, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam membacakan dan menjelaskan secara mendalam makna ayat-ayat Allah tersebut kepada para pemuda. Sehingga ayat-ayat tersebut menyentuh aqal dan qalbu pemuda. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam pun kerap mengajak mereka menunaikan shalat dan ibadah lainnya secara bersama. Semua itu diperkuat dengan teladan amal dari Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam secara langsung. Sehingga ayat-ayat Allah tersebut terinternalisasi dalam kata dan perbuatan mereka.

Islam mengajarkan kepada para muslimin untuk senantiasa menuntut ilmu. Tidak terkecuali untuk pemuda muslim, jiwa-jiwa untuk selalu haus akan ilmu perlu ditanamkan.   Orang yang menuntut ilmu tentu akan berbeda dengan orang yang belum menuntut ilmu. Pengetahuan akan membuka pikiran sehingga dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surah az-Zumar ayat 9 yang artinya,“… ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui (hak-hak Allah) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (hak-hak Allah)?’ Sesungguhnya hanya ululalbab (orang yang berakal sehat) yang dapat menerima pelajaran.

Kebangkitan dan perubahan pemuda ke arah yang positif juga perlu mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu hendaknya para pemuda pandai dalam memilih teman bergaul yang shalih. Memilih circle pertemanan adalah hal yang penting, sebab teman akan membawa pengaruh bagi perilaku seseorang. Sebagaimana diwasiatkan Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam. dalam sabdanya yang artinya, “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (H.R. Bukhari, No. 5534 dan Muslim, No. 2628)

Bagaimana mengetahui seseorang itu baik atau tidak? Seseorang yang baik, akan senantiasa mengajak kepada kebaikan dan menjauhi maksiat. Demikianlah seharusnya perilaku seorang muslim. Selain memilih teman bergaul yang baik, seseorang juga wajib menjadi teman yang baik bagi orang-orang di sekitarnya. Tak kalah penting, dalam berteman harus menghadirkan iman dan niat yang ikhlas karena Allah ta’ala. Bukan karena kepentingan lain selain hanya untuk mengharap ridha-Nya.

Lantas, apakah seseorang yang mendekati perbuatan maksiat perlu dijauhi? Islam tidak melarang seseorang untuk berteman dengan siapapun. Bila seseorang mengetahui temannya mendekati maksiat, maka sebisa mungkin tegurlah orang tersebut dengan adab yang baik sesuai ajaran Islam. Artinya hal ini bisa menjadi peluang melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda artinya: “Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya dia ubah dengan tangannya (kekuasaannya). Kalau dia tidak mampu hendaknya dia ubah dengan lisannya dan kalau dia tidak mampu hendaknya dia ingkari dengan hatinya. Dan inilah selemah–lemahnya iman.” (H.R. Muslim, No. 55)

Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam menggerakkan pemuda dalam kerja dakwah. Melibatkan mereka untuk menyampaikan Islam kepada kerabat, shahabat dan masyarakat. Melalui tangan Abu Bakar as Siddiq ra, masuk Islam banyak shahabat yang harum namanya, seperti Ustman bin Affan ra, Abdurrahman bin Auf ra, Zubair bin Awwam ra dan sebagainya. Melalui tangan Khabab bin Art ra masuk Islam Umar bin Khattab ra. Melalui tangan Mush’ab bin Umair ra masuk Islam mayoritas penduduk Madinah.

 

Khatimah

Terpenting dari semuanya, Para pemuda hendaknya memiliki keimanan yang kuat pada Allah dan Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam karena iman adalah pondasi amal. Semakin kuat pondasi keimanan seorang pemuda muslim maka ia akan semakin cenderung untuk senantiasa menjaga diri dalam ketaatan kepada Allah ta’ala.

Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya Allah ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah (tidak memperturutkan hawa nafsu)” (H. R. Ahmad dan Thabrani). Pada fase tersebut, anak muda memiliki kecenderungan didominasi hawa nafsu. 

Islam mengarahkan pemuda supaya tidak terjerumus dalam hawa nafsu yang membawa pada kesesatan. Islam mengajarkan untuk selalu menggunakan waktu maupun kesehatan dalam hal-hal yang bermanfaat. Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya, “Ada dua nikmat (dari Allah Ta’ala) yang kurang diperhatikan oleh banyak manusia, (yaitu): kesehatan dan waktu luang.” (H.R. Bukhari, No. 6049)

Menggunakan nikmat sehat dan waktu luang untuk hal-hal yang bermanfaat dimaksudkan agar seseorang selalu dalam ketaatan kepada Allah ta’ala. Saat-saat luang yang biasanya berdiam diri saja tidak beraktifitas atau bahkan digunakan untuk hal-hal yang keluar dari jalan ketaatan, perlu diubah agar tidak melemahkan pikiran. Jika pikiran lemah, maka lemah pulalah iman yang nantinya dapat menimbulkan keburukan.

Maka sungguh pemuda yang selalu menjaga ketaatan niscaya akan mendapat naungan di hari kiamat. Sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam yang artinya, “Tujuh (golongan) yang Allah naungi di hari yang tidak ada naungan melainkan naungan dari-Nya, (yaitu)… pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Tuhannya … ” (H.R. Bukhari, No. 6308)

Wallahu a’lam bi ashowab

Posting Komentar untuk "Bangun Pemudi Pemuda"