Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keutamaan Mukmin Yang Berilmu


 Melansir dari data World Population Review, pada tahun 2024 ini Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak kedua di dunia. Total ada sekitar 236 juta penduduk di Indonesia yang memeluk agama Islam. Sedangkan negara dengan  jumlah penduduk Muslim terbanyak pertama di dunia yakni Pakistan yang mencapai sekitar 240,8 juta jiwa. Indonesia memiliki 84,35% penduduk Muslim dari total populasinya. Kemudian Pakistan memiliki 98,19% penduduk Muslim. (https://www.cnbcindonesia.com)

Bagi sebagian kalangan data ini mungkin mengejutkan. Selama ini ummat Islam di negeri ini begitu bangga dengan klaim sebagai negeri muslim terbesar di dunia atau jamaah haji terbanyak di dunia dan berbagai data sejenis. Namun kondisi telah berubah, hari ini Muslim Indonesia bukan lagi yang terbanyak di dunia.

Hal ini baru membahas kuantitas, belum menjelaskan tentang kualitas. Jumlah memang penting, namun kualitas tinggi tentu lebih utama. Membentuk Muslim yang berkualitas merupakan salah satu PR besar kaum muslimin saat ini. Muslim banyak tertinggal dalam beberapa urusan dibandingkan komunitas lain. Maka selayaknya ummat Islam tidak hanya bangga dengan jumlah yang besar, namun berusaha menjadi muslim – muslim yang berkualitas. Salah satunya berkualitas dari sisi keilmuan.

Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadalah : 11)

Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili menjelaskan tentang ayat ini, bahwa “Wahai orang yang beriman, jika dikatakan kepada kalian: berikan keluasan/kelapangan di dalam tempat duduk (majelis) untuk para pendahulu kalian. Maka Allah akan meluaskan rahmat-Nya berupa keluasan tempat, jiwa, rizki, surga dan sebagainya kepada kalian. Apabila dikatakan kepada kalian: Berdirilah untuk memberi kelapangan kepada para pendahulu kalian dengan cekatan. Maka Allah akan meluaskan tempat kalian di dunia dan di surga. Allah mengangkat derajat para ulama beberapa derajat dalam kemuliaan dan posisi yang tinggi di dunia dan akhirat sebab berpadunya ilmu dan amal mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala amal kalian.”

Pada tafsir ringkas Kementerian Agama disebutkan pula bahwa, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu karena keyakinannya yang benar, dan Allah pun akan mengangkat orang-orang yang diberi ilmu, karena ilmunya menjadi hujah yang menerangi umat, beberapa derajat dibandingkan orang-orang yang tidak berilmu

Ayat ini memberikan penjelasan bahwa orang – orang yang beriman dan berilmu pengetahuan lebih utama daripada orang – orang yang beriman namun kurang ilmu. Hal ini konfirmasi bahwa jumlah memang penting, namun muslim yang berkualitas jauh lebih penting.

Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda yang artinya, “Jadilah kamu seorang alim, pelajar, pendengar, atau pecinta (ilmu). Jangan kamu menjadi yang kelima, yaitu pembenci (ilmu), maka binasalah kamu,” (HR Al-Bazzar, At-Thabarani, Al-Baihaki).


Hadits ini menggambarkan tingkatan kaum muslimin dari sudut pandang keilmuan bahwa :

1.   Aliman atau orang berilmu. Orang yang diberi ilmu, mengajarkan ilmunya sehingga ilmunya menjadi penerang ummat.

2.   Muta’aliman atau penuntut ilmu. Pada Hadits lain disebutkan bahwa,Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

3.   Mustami’an atau pendengar. orang yang senang dengan ilmu-ilmu yang disampaikan oleh orang lain baik itu berasal dari teman, guru, muballigh bahkan dari orang yang tidak kita kenal sekalipun. Ali bi Abi Thalib pernah berkata,” “Unzhur maa qaala wa laa tanzhur man qaala” yang artinya “lihatlah apa yang dikatakan jangan melihat orang yang menyampaikan”.

4.   Muhibban atau orang yang mencintai ilmu.

Hadits ini jelas menyebutkan bahwa orang yang berilmu adalah orang yang utama. Begitupun dalam nash – nash lain yang menyebutkan keutamaan orang – orang yang berilmu.

Allah ta’ala berfirman yang artinya,”Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az Zumar : 9)

Allah ta’ala juga memuji orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan, sebagaimana tersurat dalam surat  Ali Imran ayat 18, yang artinya: “Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para Malaikat dan orang-orang yang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”.

Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam juga memuji orang yang berilmu, sebagaimana tersebut dalam beberapa haditsnya, 

“Siapa saja yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, niscaya ia akan diberi pemahaman dalam agama dan di ilhami petunjuk-Nya,” (HR At-Thabarani dan Abu Nu’aim).

“Pada hari kiamat tinta (karya tulis) ulama ditimbang bersama tetesan darah syuhada. (Hasilnya lebih berat nilai tetsan tinta ulama sebagaimana riwayat lain),” (HR Ibnu Abdil Barr, Ibnun Najjar, Ibnul Jauzi, As-Syairazi, Al-Marhabi, dan Ad-Dailami).

Tidak ada kefakiran yang lebih (parah) dari kebodohan,” (HR Abu Bakar bin Kamil pada Mu’jamnya, Ibnun Najjar, Ibnu Hibban, dan Al-Qudha’i).

Beberapa perkataan para sahabat mengenai keutamaan orang yang berilmu, sebagaimana dinukil oleh KH. Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Adab Ta’lim wa al-Muta’allim.

Mu’adz bin Jabal ra. Berkata: “Belajarlah ilmu, sesungguhnya mempelajari ilmu adalah suatu kebaikan, mencari ilmu adalah ibadah, mengingatnya adalah tasbih, membahas suatu ilmu adalah jihad, bersungguh-sungguh terhadao ilmu adalah pengorbanan, mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak memiliki pengatahuan adalah sedekah”

Sufyan bin ‘Uyainah ra. Berkata: Kedudukan tertinggi manusia di sisi Allah adalah para Nabi dan ‘Ulama (orang yang berilmu)”

Para ulama terdahulu menghabiskan sebagian besar waktunya demi melestarikan ilmu, terutama ilmu syari’at Islam. Misalnya, Ibnu Jarir at-Thobari seorang mufasir (ahli tafsir) dan sejarahwan, Zamakhsyari seorang mufasir dan teolog, Imam Yahya bin Syarof ad-Din an-Nawawi seorang ahli hadits (muhaddits), Ibnu Taimiyah dan sebagainya. Mereka mendedikasikan dan mengabdikan diri untuk melestarikan ilmu. Sehingga sejarah mencatatkan sebagai orang-orang  alim yang mempengaruhi dunia Islam.

 

Khatimah

Marilah kita berusaha meningkatkan kualitas diri dengan memperbanyak tasqofah atau ilmu – ilmu agama Islam. Terlibat dalam pembelajaran formal, informal maupun non formal, diantaranya hadir di majelis – majelis ilmu yang diselenggarakan di berbagai tempat.

Mari kita sambut janji Allah bahwa ummat Islam adalah ummat terbaik. Ummat yang berkualitas unggul, sebagaimana firman-Nya Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nāsi ta`murụna bil-ma'rụfi wa tan-hauna 'anil-mungkari wa tu`minụna billāh. Yang artinya, “Kamu adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.”

Wallahu a’lam bi ashowab

Posting Komentar untuk "Keutamaan Mukmin Yang Berilmu"