Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Idul Adha dan Hikmah Qurban

 Alhamdulillahirabbil A’lamin. Akhirnya kaum muslimin menemui hari yang mulia, Hari Raya Idul Adha 1446 H. Di balik gema takbir  dan penyembelihan hewan kurban di hari raya Idul Adha, terdapat pelajaran besar tentang merelakan hal yang sangat kita cintai demi ketaatan kepada Allah Ta’ala. Seperti Nabi Ibrahim Alaihissalam yang rela mengorbankan putranya, maka setiap muslim diajak untuk menundukkan hawa nafsu dan ambisi pribadinya. Dengan begitu, Idul Adha tidak sekadar menjadi perayaan tahunan, melainkan momen untuk merenungkan kembali makna pengorbanan dan keikhlasan.

Idul Adha selalu identik dengan ibadah qurban. Kata Idul Adha sendiri berasal dari kata ‘id dan adha. ‘Id berakar pada kata ‘aada-ya’uudu yang artinya menengok, menjenguk, atau kembali, sedangkan kata adha bermakna qurban . Disebut ‘id karena hari raya kembali berulang setiap tahun.

Islam menjadikan ibadah qurban sebagai bagian dari syariat keagamaan. Sejumlah ayat yang menyerukan umat Islam untuk berqurban :

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكاً لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ

Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban ), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” (QS Al Hajj: 34).

Ada banyak hikmah yang bisa diperoleh dari syariat yang agung ini. Beberapa hal yang bisa kita catat diantaranya :

Pertama, cinta hendaknya dicurahkan kepada Allah Ta’ala sebab rahmat Tuhan yang tidak terhitung nilai dan jumlahnya senantiasa mengucur dalam setiap jengkal kehidupan manusia. Maka di satu sisi, berqurban menjadi bentuk curahan cinta kita kepada Tuhan.

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Artinya:“Sesungguhnya Kami telah memberikan karunia sangat banyak kepadamu, maka sholatlah untuk Tuhanmu dan sembelihlah qurban.” (Al-Kautsar: 1-2)

Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam kitabnya Fiqh al-Islami wa adillatuhu, menjelaskan bahwa di antara hikmah disyariatkannya kurban ialah sebagai wujud syukur terhadap nikmat tak terhitung yang telah diberikan oleh Allah ta’ala. Masih diberikannya umur dari tahun ke tahun. Ibadah kurban juga dapat melebur dosa dari orang yang berkurban, baik dosa karena melakukan larangan atau karena kurang dalam hal ketaatan. Juga dengan berkurban dapat menjadi perantara meluaskan rezeki bagi keluarga yang berkurban dan yang diberi kurban. 

Kedua, hewan qurban akan menjadi saksi amal ibadah di hari kiamat nanti. Hewan yang diqurbankan akan datang mewujud amal kebaikan yang pada gilirannya akan menyelamatkan nasib tuannya di hari akhir nanti. Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,“Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) qurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dgn tanduk-tanduknya, kuku-kukunya & bulu-bulunya. Dan sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya.” (HR Ibnu Majah).

Ketiga, orang berqurban dibalas dengan kebaikan dan pahala yang berlimpah. Bahkan, balasan pahala tersebut tidak terhitung jumlahnya. Analogi yang diberikan, bahwa setiap bulu dari hewan yang diqurban kan mengandung satu pahala dan kebaikan bagi orang yang berqurban. Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,“Berkata kepada kami Muhammad bin Khalaf Al ‘Asqalani, berkata kepada kami Adam bin Abi Iyas, berkata kepada kami Sullam bin Miskin, berkata kepada kami ‘Aidzullah, dari Abu Dawud, dari Zaid bin Arqam, dia berkata: berkata para sahabat Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam: “Wahai Rasulullah, hewan qurban apa ini?” Beliau bersabda: “Ini adalah sunah bapak kalian, Ibrahim.” Mereka berkata: “Lalu pada hewan tersebut, kami dapat apa wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Pada setiap bulu ada satu kebaikan.” Mereka berkata: “Bagaimana dengan shuf (bulu domba)?” Beliau bersabda: “Pada setiap bulu shuf ada satu kebaikan.” (HR. Ibnu Majah)

Keempat, ibadah kurban juga menjadi salah satu ibadah yang utama di sisi Allah. Sarana ber-taqarub ilallah (mendekatkan diri pada Allah). Sebagaimana dalam HR Tirmizi dan Ibn Majah, Artinya: Dari Aisyah radhiyallahu anha, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidaklah seorang anak Adam melakukan pekerjaan yang paling dicintai Allah pada hari nahr kecuali mengalirkan darah (menyembelih hewan qurban).

Kelima, berqurban memberikan kita hikmah pada ikhlas dalam segala hal untuk mendapatkan ridlo-Nya. Sebagaimana dalam QS Al-Hajj ayat 37 artinya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.”

Melalui qurban, umat Muslim dapat mengambil hikmah untuk tidak terikat pada harta benda dan selalu bersyukur dan ikhlas atas apa yang mereka miliki. Pada ayat lain Allah ta’ala juga berfirman yang artinya,“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)”. (QS. al-An’am: 162-163)

Keenam, Dijauhkan dari sifat kikir. Melalui qurban, umat Muslim belajar untuk berkorban tanpa pamrih dan menjalankan perintah Allah dengan penuh keikhlasan. Allah berfirman dalam QS Al-Taghabun ayat 16, artinya: “…Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung”

Sikap berkorban dan ikhlas ini di harapkan dapat teraktualisasikan dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun hubungan sosial.

 

Khatimah
Allah ta’ala berfirman yang artinya,“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin”. (QS. Al-Hajj: 37)

Syekh Muhammad Mutawalli asy-Syarawi dalam kitab Tafsir wa Khawathirul Umam, menjelaskan bahwa kenapa hewan kurban yang tidak dilandasi dengan takwa tidak akan sampai kepada Allah? Karena tujuan utama dari syariat ini adalah untuk menanamkan keikhlasan dan kepedulian.

Hikmah dari disyariatkannya kurban ini adalah untuk rela melepas sebagian harta dan menyerahkan yang terbaik dari milik kita sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan kasih sayang kepada sesama. Dengan berbagi daging kurban kepada tetangga, kerabat, dan kaum dhuafa, maka akan terjalin hubungan sosial yang erat dan menciptakan suasana kebersamaan. Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda artinya,“Orang mukmin kepada orang mukmin lain bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan.” (HR at-Tirmidzi).
Pada Hadits lain disebutkan,“Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam kasih sayang mereka, dan saling mencintai, serta tolong-menolong, bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasakan susah dan tidak bisa tidur karena demam.” (HR Bukhari).

Wallahu a’lam bi asowab

Posting Komentar untuk "Idul Adha dan Hikmah Qurban"