Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rahmat Allah Ta'ala

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Alinea ketiga Pembukaan UUD 1945 mengandung motivasi spiritual, yaitu kesadaran dan pengakuan bahwa kemerdekaan Indonesia bukan hanya hasil perjuangan rakyat semata, namun juga karena rahmat Allah ta’ala Tuhan Yang Maha Esa.

Rahmat Allah adalah salah satu konsep fundamental dalam Islam yang mencerminkan kasih sayang, kelembutan, dan anugerah-Nya kepada seluruh makhluk. Dalam Al-Qur’an, kata rahmat disebutkan lebih dari 100 kali, mengindikasikan betapa luas dan dalamnya makna tersebut.

Rahmat Allah meliputi segala aspek kehidupan, baik dalam bentuk rezeki, petunjuk, maupun pengampunan. Sebagaimana firman Allah ta’ala dalam Surat Al-A’raf ayat 156 yang artinya: “Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu”. Dari ayat ini, kita memahami bahwa rahmat Allah tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Ia meliputi semua makhluk, baik di dunia maupun di akhirat.

Allah ta’ala berfirman : Wa lā tufsidụ fil-arḍi ba'da iṣlāḥihā wad'ụhu khaufaw wa ṭama'ā, inna raḥmatallāhi qarībum minal-muḥsinīn yang artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al A’raf : 56)

Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah dalam Tafsir Al-Wajiz menyampaikan,  Janganlah kalian berbuat kerusakan di bumi dengan berbuat syirik dan maksiat setelah diperbaiki dengan pengutusan para rasul, penurunan kitab, dan dijelaskan tentang syariat.

Dan berdoalah kepada Allah ta’ala karena takut dengan hukuman-Nya dan menginginkan rahmat dan keutamaan-Nya. Sesungguhnya rahmat, ampunan dan ijabah Allah atas doa itu merupakan perkara yang dekat dengan orang-orang yang baik amalnya, yaitu orang-orang yang mengikuti perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.

Sementara pada tafsir Ringkas Kementrian Agama Republik Indonesia diterangkan bahwa, Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diciptakan dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut sehingga kamu lebih khusyuk dan terdorong untuk mentaati-Nya, dan penuh harap terhadap anugerah-Nya dan pengabulan doamu. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.

Dialah Allah yang meniupkan dan menggerakkan angin sebagai kabar gembira, yakni tanda yang mendahului kedatangan rahmat-Nya, yaitu turunnya hujan, sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus yang telah rusak tanamannya karena ketiadaan air, lalu kami turunkan hujan lebat di daerah yang tandus itu hingga daerah tersebut menjadi subur. Kemudian kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan dan tanaman yang beragam warna dan rasanya. Seperti menumbuhkan tanah yang sudah mati menjadi subur itulah bagaimana Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah mudahan kamu, wahai manusia, mengambil pelajaran bahwa hari kebangkitan adalah benar adanya.

Mengutip KH. Puji Raharjo Soekarno, Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung,
Sungguh ada banyak manifestasi Rahmat Allah dalam Kehidupan, diantaranya :  Pertama. Rahmat Allah dalam Bentuk Kasih Sayang dan Kemurahan-Nya.

Salah satu bentuk rahmat-Nya adalah memberikan kehidupan, kesehatan, dan rezeki kepada semua makhluk-Nya, tanpa membedakan yang beriman atau yang ingkar. Dalam Al-Qur'an, Allah ta’ala berfirman yang artinya : “Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (QS Al-Hajj: 65). Kasih sayang Allah ini nyata dalam kehidupan sehari-hari. Setiap udara yang kita hirup, makanan yang kita nikmati, serta keamanan yang kita rasakan adalah bukti bahwa rahmat-Nya melimpah kepada kita.

Kedua. Rahmat Allah dalam Bentuk Pengampunan (Maghfirah).

Salah satu manifestasi terbesar dari rahmat Allah adalah ampunan-Nya yang tak terbatas. Bahkan bagi mereka yang telah melakukan banyak dosa, Allah tetap membuka pintu tobat. Allah ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya: “Katakanlah: ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyaya.”’ (QS Az-Zumar: 53).

Ketiga. Rahmat Allah dalam Bentuk Petunjuk dan Hidayah.

Salah satu bentuk rahmat terbesar Allah ta’ala adalah diturunkannya Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia. Allah ta’ala berfirman  yang artinya : “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS An-Nahl: 89).

Keempat. Rahmat Allah dalam Bentuk Rezeki dan Nikmat Dunia.

Segala kenikmatan yang kita miliki, dari makanan, keluarga, hingga pekerjaan, adalah manifestasi dari rahmat Allah. Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka itu dari Allah.” (QS An-Nahl: 53). Maka, sudah seharusnya kita memperbanyak ibadah, memohon ampunan, dan berdoa dengan sungguh-sungguh agar mendapat rahmat-Nya di dunia dan akhirat. 

Kondisi merdeka dan terbebas dari penjajahan juga merupakan salah satu bentuk rahmat Allah ta’ala. Dan sungguh kemerdekaan sejati adalah saat seseorang tidak menghamba kepada manusia yang lain namun ia bebas merdeka menghamba pada Tuhannya, sebagaimana kodratnya makhluq menghamba pada Khaliqnya.

Selaras dengan tujuan penciptaan manusia yang telah tersurat pada firman Allah ta’ala yang artinya, “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menghambakan diri kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat /51: 56).

 

Khatimah

Allah ta’ala berfirman : Wa lā tufsidụ fil-arḍi ba'da iṣlāḥihā wad'ụhu khaufaw wa ṭama'ā, inna raḥmatallāhi qarībum minal-muḥsinīn yang artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al A’raf : 56)

Menurut Ibnu Katsir, Rahmat Allah ta’ala itu diperuntukkan bagi orang-orang yang mengikuti perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Tepatnya, rahmat Allah ta’ala itu diberikan kepada orang-orang yang bertakwa, seperti firman-Nya yang artinya, “Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (QS. al-A’raf : 156). 

Maka kemerdekaan hendaknya tidak dimaknai sebagai suatu kebebasan melampiaskan hawa nafsu untuk mencari kesenangan jasadiah (hedonisme). Namun kemerdekaan hendaknya dimaknai sebagai kebebasan untuk menjalakan aturan Allah ta’ala dan Rasul Nya dalam rangka meneguhkan ketaatan kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya serta meninggalkan larangan-Nya agar kita senantiasa mendapatkan Rahmat-Nya.

Wallahu a’lam bi ashawab.

Posting Komentar untuk "Rahmat Allah Ta'ala"