Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Akhlaq Islam

Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam diutus Allah ta’ala untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang, menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta, contoh suri tauladan terbaik bagi manusia, penyempurna syariat yang dibawa para nabi dan rasul terdahulu, penutup para (nabi dan rasul), pemberi syafat di yaumil akhir kelak, dan yang utama diutus untuk menyempurnakan akhlak.

Akhlak adalah perkara yang sangat diperhatikan dalam Islam. Akhlak adalah bagian dari kehidupan seorang Muslim dalam keseharian mereka. Setiap Muslim harus memiliki akhlak yang baik dan harus berhias dengannya. Sebaliknya seorang Muslim harus meninggalkan akhlak yang jelek sejauh-jauhnya. Seseorang yang memiliki akhlak baik bertanda adanya kebaikan baginya di Dunia dan Akhirat, begitu juga sebaliknya.

Allah ta’ala mengutus Nabi-Nya yang mulia Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam untuk menyempurnakan akhlak umat sebagai salah satu tugas beliau. Rasulullah shallallahu wasallam bersabda :


إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Bukhari)

Pada hadits lain disebutkan dengan teks yang mirip

 إنما بُعِثتُ لأتمِّمَ مكارمَ الأخلاقِ

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi no. 21301 dan Ahmad no. 8952)

 

Apakah akhlaq itu ?

Di dalam bahasa Arab kata “akhlaq” (أخلاق) adalah bentuk jamak dari kata “khuluq” (خلق), yang berakar dari kata kerja “khalaqa” (خلق), yang berarti “menciptakan”. Kata “khuluq” diartikan dengan sikap, tindakan, dan kelakuan. Ibn Manzhur (w. 711 H) dalam Lisân Al-‘Arab pun menjelaskan,

الخُلُقُ: وهو الدِّين والطبْع والسجية

Al-Khuluq: yakni din (agama), tabiat dan watak alami.”

Secara definitif ada beberapa pengertian akhlak yang dikemukakan oleh para ulama, di antaranya 

1.      Al-Qurthubi memberikan pengertian, “akhlak adalah segala sesuatu yang dijadikan manusia di dalam dirinya sebagai tata krama, kesantunan, (adab) sebagai bagian dari penciptaannya”.

2.      Abu Bakr Jabir al-Jazairiy  menguraikan pengertian “akhlak ialah keadaan yang sangat kokoh di dalam jiwa yang menjadi sumber lahirnya perbuatan-perbuatan yang dikehendaki dan yang diinginkan, baik perbuatan yang baik maupun yang buruk, perbuatan yang indah maupun yang jelek.”

3.      Imam al-Ghazaliy mengatakan: “Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dengan kokoh di dalam jiwa manusia, yang menjadi sumber lahirnya perbuatan-perbuatan, tindakan-tindakan dengan gampang dan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Jika keadaan itu menjadi sumber lahirnya perbuatan-perbuatan yang terpuji dan indah, baik menurut akal maupun hukum, disebut akhlak yang baik (khuluq hasan). Jika keadaan itu menjadi sumber lahirnya perbuatan-perbuatan jelek dan kotor, maka ia disebut akhlak kotor (khuluq sayyi’).

Maka dapat dipahami bahwa akhlaq adalah sesuatu dalam jiwa manusia yang menjadi sumber tindakan – tindakan manusia secara spontan atau alami, umumnya karena suatu tabiat atau kebiasaannya. Ada kalanya sesuatu tersebut melahirkan perbuatan baik, kadang pula melahirkan perbuatan yang buruk.

Maka ulama secara umum membagi akhlaq menjadi dua, yakni Pertama Akhlaqul karimah, secara harfiah berarti akhlak yang mulia. Istilah ini merujuk pada perilaku yang baik, terpuji, dan sesuai dengan ajaran Islam. Kedua akhlaqul mazmumah adalah akhlak yang tercela. Istilah ini mencakup perilaku buruk yang dilarang dalam ajaran Islam.

Dengan demikian makna akhlak ini tidak bisa dipisahkan dari konotasi Dinul Islam itu sendiri. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam yang menggambarkan hubungan keimanan dengan akhlak terpuji:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيْمَاناً أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

Orang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya (HR Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmidzi).

Penggambaran kemuliaan akhlak sebagai buah dari kesempurnaan iman menunjukkan keutamaan berakhlak mulia sebagai konsekuensi keimanan. Dengan demikian bisa disimpulkan pula bahwa baiknya khuluq seseorang erat kaitannya dengan Dinul Islam, yakni keterikatannya dengan syariah Islam. Akhlak merupakan bagian dari syariah Islam, Ia terikat dengan perintah dan larangan Allah.

Maka dari itu seluruh orang yang beribadah menyembah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, berarti dia adalah orang yang paling buruk akhlaknya. Akhlak yang bermanfaat adalah akhlak yang dilakukan seseorang dengan mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ia mendapatkan surga dan derajat yang tinggi di akhirat nanti. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّـهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا ﴿٩﴾

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan : 9)

Bukan seorang yang berakhlak tapi mengharapkan balasan di dunia. Oleh karena itu Nabi Shalatu was Salam pernah bersabda:

لَيْسَ الوَاصِلُ بِالمُكَافِئِ

“Bukanlah orang yang menyambung silaturahmi jika sekedar membalas orang lain.” (HR. Bukhari)

Adapun orang-orang yang bergaul dengan manusia dengan akhlak yang baik akan tetapi dengan tujuan dunia, dia tidak akan mendapatkan dari dunianya kecuali apa yang telah dituliskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuknya. Dan dia tidak akan mendapatkan balasan di akhirat. 

Maka apabila seorang berakhlak tidak mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala akan tetapi hanya mengharapkan tujuan-tujuan dunia, amalan tersebut tidak termasuk dalam amal shalih yang dia lakukan. Karena diantara syarat diterimanya suatu amalan adalah seorang mengharapkan balasan dan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Khatimah

Istilah “akhlak” seringkali disinonimkan dengan beberapa istilah lain, yaitu etika dan moral, serta kesusilaan dan kesopanan. Istilah-istilah ini secara sepintas sama, tetapi secara hakiki sangatlah berbeda. Istilah “akhlak” (أخلاق) berasal dari kata Arab, yaitu sebuah istilah agama yang digunakan untuk menilai perbuatan manusia, baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Dimana baik dan buruk ini ukurannya adalah perintah dan larangan Allah (Hukum Syara). Artinya akhlaq dalam Islam adalah wujud nyata pengamalan syariat Islam dalam kehidupan sehari – hari.

Maka akhlaq bukan sekedar nilai etika atau ide tentang moralitas. Lebih dari itu, akhlaq merupakan bagian keimanan seorang muslim. Dimana kebaikan yang bersifat universal, seperti jujur, amanah, suka menolong, dan sebagainya akan bernilai sebagai akhlaq Islam jika diniatkan karena Allah ta’ala. Begitupun pelaksanaan hukum – hukum syara, seperti meninggalkan riba, berbakti pada orang tua, menuntut ilmu, beramar makruf nahi munkar dan lain-lain juga merupakan bentuk akhlaq Islami.

Adapun rujukan utama akhlaq mulia tidak lain suri tauladan kita Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam. Tidak perlu mencari-cari yang lain apalagi sampai menjadikan orang diluar Islam sebagai panutan.  Hal ini sesuai dengan penuturan ‘Aisyah Radhiyallahu anha :

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقاً

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Al-Bukhari no. 6203 dan Muslim no. 2150, 2310)

Allah ta’ala juga berfirman

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّـهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّـهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّـهَ كَثِيرًا ﴿٢١﴾

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah bagi kalian contoh yang baik bagi orang yang mengharap pertemuan dengan Allah dan  hari akhir dan mengingat Allah dengan dzikir yang banyak.” (QS. Al-Ahzab : 21)

Maka jika kita mengaku ummat Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam yang mengharapkan syafatnya di hari akhir, maka tidak ada pilihan bagi kita selain ittiba’ (mengikuti) akhlaq beliau dengan menjalankan hal – hal yang beliau bawa dan meninggalkan hal – hal yang beliau larang.

Wallahu a’lam bi ashowab.

Posting Komentar untuk "Akhlaq Islam"