Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

RAUF DAN RAHIM

Bulan Rabiul Awwal adalah bulan yang istimewa karena di bulan ini telah lahir Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam. Rasul yang diutus Allah ta’ala untuk menyempurnakan akhlak, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang, penyempurna syariat para nabi dan rasul terdahulu, penutup para (nabi dan rasul), pemberi syafat di yaumil akhir kelak, menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta, dan contoh suri tauladan terbaik bagi manusia.

Segala prilaku hidup Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam adalah suri tauladan untuk ummat manusia sebagaimana Allah ta’ala berfirman yang artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab : 21)

Tidak hanya itu, kepribadian Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam sampai dipuji setinggi langit oleh Allah ta’aa, wa innaka la’ala khuluqin adzim (Sungguh, Engkau (Muhammad) berada di paling atas budi pekerti yang agung).  Beliau memiliki sifat - sifat mulia yang dijelaskan dalam Surah At-Taubah ayat 128 yang patut kita teladani untuk segala hal. Allah ta’ala berfirman :

Laqad jā`akum rasụlum min anfusikum 'azīzun 'alaihi mā 'anittum ḥarīṣun 'alaikum bil-mu`minīna ra`ụfur raḥīm  yang artinya,“Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Q.S. al-Taubah [9]: 128)

Dari ayat ini dapat diketahui sejumlah hal tentang Rasululullah Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam :

Min anfusikum. artinya Rasul berasal dari kaum mereka sendiri. Sehingga mereka pasti tahu betul akan kemuliaan dan kesucian garis keturunannya. Selain itu, mereka juga menyaksikan sendiri bagaimana Rasul tumbuh dewasa dengan segala perilaku terpujinya. Sehingga sudah semestinya mereka percaya dan mendukung kehadiran Rasul. Karena sesungguhnya keberadaan Rasul dari kaum mereka merupakan hujjah untuk tidak menentangnya.

Azizun alaihima anittum artinya Penderitaan yang kalian rasakan itu dirasakan berat oleh Rasul. Artinya Rasul itu ikut berduka/bersimpati dan berempati terhadap segala kesulitan yang manusia alami.

Harisun alaikum, artinya Rasul sangat menginginkan keselamatan (dunia dan akhirat) kalian. Jadi, Nabi memiliki keinginan besar untuk mengantarkan umat manusia menuju kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat.

Bil mu’minina raufur rahim, artinya (Rasul) sangat berbelas kasih lagi penyayang terhadap mukminin. Dua sifat Allah, yaitu Rauf dan Rahim ini tidak disandarkan kepada nabi melainkan hanya kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam. Ini menunjukkan keistimewaan Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam.

Melalui Ayat ini para ulama juga menguak sisi – sisi mulai lain dari Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam, yakni :

Istiqamah dalam Mengajak Kebaikan. Sifat pertama nabi adalah azizun ‘alaihi ma anittum, artinya berat terasa baginya penderitaanmu. Al-Jilani dalam Tafsir al-Jilani menafsirkannya dengan segala sesuatu yang tak diinginkan yang terjadi pada dirimu. Di masa kenabian, Nabi saw diuji dengan berbagai hal berat seperti tanda-tanda kekufuran pada kaumnya sendiri, kesyirikan, ketidaktaatan, serta ketidakpatuhan kepada perintah dan larangan Allah.

Dari ujian berat ini, tak heran jika Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam mampu memahami karakter semua orang dan muncul rahmah (kasih sayang) tanpa membeda-bedakan kedudukannya. Nabi itu sangat istiqamah dalam mengajak kebaikan. Nabi selalu memandang bahwa saudara kita adalah lapangan atau ladang untuk mendapatkan ridha dan pahala dari Allah, bukan sebaliknya. Semakin sulit jalan yang harus dilalui Nabi, maka semakin banyak kebaikan yang diraih.

Semangat Mengantarkan Hidayah. Pribadi nabi yang kedua adalah Nabi sangat menginginkan umatnya selamat dan berprilaku baik. Hal ini tercermin dari kata harisun ‘alaikum bahwa nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam sangat menginginkan bagimu keimanan, keislaman, dan perbaikan kondisimu. Ibn Katsir mengatakan, nabi itu sangat menginginkan kita semua memperoleh hidayah sehingga senantiasa mampu bermanfaat untuk orang lain, baik di dunia maupun akhirat.

Nabi itu memiliki semangat yang mengembara (harisun) untuk mengantarkan dan menyampaikan hidayah kepada umatnya. Nabi tidak berputus asa hanya dengan satu cara, melainkan berbagai cara ia tempuh. Nabi juga tidak hanya berdakwah kepada yang jauh sehingga melalaikan sekitarnya.

Banyak fenomena pengemban dakwah hari ini yang semangat ke sana kemari, tetapi kanan kirinya tidak. Justru, berdakwah harus dimulai dari sekitarnya. Apapun sarana prasarana yang ada, akan diambil demi mengantarkan/ menyampaikan hidayah kepada orang lain. Lebih dari itu, Nabi tidak membatasi diri untuk satu umat saja, melainkan menyentuh seluruh lapisan manusia, tanpa terkecuali.

Penyantun dan Penyayang terhadap Umat. Kepribadian nabi yang ketiga adalah bil mu’minina ra’ufun rahim (Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam itu penyantun, penyayang dan mudah memaafkan orang lain). Nabi itu adalah pribadi yang pemaaf, dan kasih sayang kepada sesama. Sampai-sampai dikisahkan Nabi saw itu seringkali memaafkan dan mengasihi kepada sesama sekalipun pendosa.

Disampaikan Al-Baghawi dalam Ma’alim al-Tanzil bahwa Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam sangat penyantun kepada mereka yang taat akan perintah Allah ta’ala dan penyayang kepada para pendosa. Senada dengan al-Baghawi, Muqatil bin Sulaiman dalam tafsirnya, menuturkan bahwa Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam sangat penyayang dan belas kasihan kepada semua orang, sebagaimana yang digambarkan dalam kata al-Ra’fah (الرأفة), yaitu al-rahmah, selalu menyayangi, mengasihi dan memuliakan semua orang.

 

Khatimah

Penjelasan di atas kita mendapatkan gambaran bahwa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam yang berasal dari keturunan yang baik dan terhormat mempunyai sifat-sifat yang mulia dan agung, yaitu: Nabi merasa tidak senang jika umatnya ditimpa sesuatu yang tidak diinginkan, seperti dihinakan karena dijajah dan diperhamba oleh musuh-musuh kaum Muslimin, sebagaimana ia tidak senang pula melihat umatnya ditimpa azab yang pedih di akhirat nanti.

Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam sangat menginginkan agar umatnya mendapat taufik dari Allah ta’ala, bertambah kuat imannya, dan bertambah baik keadaannya. Keinginan beliau ini dilukiskan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya,”Jika engkau (Muhammad) sangat mengharapkan agar mereka mendapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan mereka tidak mempunyai penolong.” (Terj QS. An-Nahl : 37). Dan Allah berfirman,”Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya.” (Terj. QS. Yusuf : 103).

Nabi selalu belas kasihan dan amat penyayang kepada kaum Muslimin. Keinginannya ini tampak pada tujuan risalah yang disampaikannya, yaitu agar manusia hidup berbahagia di dunia dan akhirat nanti. Jika Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam begitu memikirkan nasib ummatnya, akhirnya kembali pada pilihan manusia : apakah ingin berada dalam barisan Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam atau di luar ?!

Setiap jawaban ada resikonya. Namun seorang muslim tentunya berharap berada di dalam barisan Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam. Kelompok yang mendapat taufik dan hidayah di dunia serta keselamatan di dunia dan akhirat. Konsekuensi berada dalam barisan Rasulullah adalah harus senantiasa mengikuti apa yang dibawa beliau dan meninggalkan hal – hal yang dilarang Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam. Dengan kata lain senantiasa istiqomah menjalankan hukum syara dalam kehidupan sehari - hari, bukan hanya urusan ibadah mahdoh namun juga mengikuti tuntunannya dalam urusan muamalah dengan sesama manusia

Wallahu a’lam bi ashowab.

Posting Komentar untuk "RAUF DAN RAHIM"