Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aqidah Islam Perekat Ukhuwah Islamiyyah

Ukhuwah Islamiyyah adalah salah satu pilar penting dalam agama Islam yang bertujuan untuk menjaga persatuan, kebersamaan, dan keharmonisan di antara umat Islam. Ukhuwah Islamiyah menjadi landasan dalam menciptakan hubungan yang harmonis, kokoh, dan saling mendukung diantara kaum muslimin. Konsep ini tidak hanya berbasis pada prinsip-prinsip syariat, tetapi juga memiliki relevansi praktis dalam kehidupan sosial dan keagamaan.

Pepatah mengatakan, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Tidak ada cara lain untuk menyelamatkan seluruh asset umat dan memberdayakan potensi sumber daya umat, kecuali dengan mengaplikasikan makna persaudaraan dan solidaritas secara benar, kemudian diwujudkan dalam interaksi sosial dan perilaku kehidupan. Sebagaimana telah disampaikan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Orang mukmin bagi orang mukmin lainnya seperti bangunan; satu sama lain saling menguatkan,” dan Rasulullah menjalinkan jari-jemarinya. (Muttafaqun’alaih).

Sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencinta, saling berbelas kasih dan saling perhatiannya, laksana badan. Jika salah satu anggota ada yang sakit, maka yang lainnya merasa mengeluh dan panas.” (Muttafaqun’alaih).

Ukhuwah berasal dari kata bahasa Arab أخوة (akhūwah) yang berarti persaudaraan. Dalam terminologi Islam, ukhuwah Islamiyah merujuk pada persaudaraan yang didasarkan pada iman kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya.  Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan dasar yang kuat bagi konsep ukhuwah ini. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”  (QS. Al-Hujurat: 10)

Menurut Islam, bangunan persaudaraan dan solidaritas hanya bisa ditegakkan di atas aqidah karena persaudaraan dan solidaritas tanpa adanya landasan yang jelas dan kokoh tidak akan mampu menyatukan berbagai kepentingan dan keinginan Ummat.

Aqidah Islam adalah rukun iman, yakni beriman kepada Allah ta’ala, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan kepada qada dan qadar-Nya.
Dasar-dasar Akidah Islam merujuk pada Al-Qur’an dan hadits. Allah
ta’ala banyak menyebut dalam firman-Nya terkait pokok-pokok akidah, seperti nama-nama dan sifat-sifat yang dimiliki-Nya, tentang malaikat, kitab-kitab Allah, hari kiamat, surga, neraka, dan lain-lain.

Sebagaimana termaktub dalam surah Al Baqarah ayat 285. Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali.

Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda dalam sejumlah haditsnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aqidah. Salah satunya seperti yang diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu. Beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam berrsabda: “Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan hendaklah engkau beriman kepada qadar (ketentuan) baik dan buruk.” (HR Muslim)

Keimanan pada yang enam itulah yang menjadi landasan terbentuknya persaudaraan Islam atau ukhuwah islamiyyah, termasuk aplikasinya dalam kehidupan sehari – hari. Misalnya saling berkunjung karena niat menjalankan perintah Allah disertai dengan keikhlasan karena Allah. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa menjenguk orang yang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka penyeru menyerukan: ”Anda baik perilakumu, serta anda telah menyiapkan suatu tempat di surga”. (HR Tirmidzi).

Saling berkunjung dan berziarah akan menumbuhkan persaudaraan dan mendatangkan rahmat dari Allah, serta akan diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan bahwa,”Barangsiapa yang senang diluaskan rizkinya dan ditunda umurnya, maka hendaklah bersilaturahmi.” (Muttafaqun ‘alaih).

Aktivitas saling menguatkan antara sesama muslim dengan saling memberi hadiah juga merupakan amal yang bisa mempererat ukhuwah. Hadiah mempunyai pengaruh yang besar dalam jiwa manusia. Hadiah dapat menimbulkan rasa cinta, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : "Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai" (HR. Bukhari)

Kaum muslimin juga dilarang memutus hubungan persaudaraan sesama muslim, apapun masalah yang terjadi diantara mereka. Memutuskan hubungan bisa menghancurkan ukhuwah dan menyebabkan perpecahan yang dilarang oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak halal bagi seorang muslim berseteru dengan saudaranya lebih dari tiga hari; keduanya bertemu namun satu sama lain saling berpaling, dan sebaik-baik keduanya adalah yang pertama-tama memberi salam.” (HR Bukhari-Muslim)

Oleh karena itu, setiap muslim wajib memaafkan kesalahan dan kekurangan saudaranya, dan memaafkan keteledorannya serta tetap mengenang sifat-sifatnya yang terpuji, dan tidak menyebut keburukan-keburukannya belaka. Seyogyanya ia tidak menjauhinya karena satu atau dua perangai yang tidak disukainya, jika seluruh akhlaknya yang lain dapat diterima dan kebanyakan tabiatnya terpuji. Karena suatu yang sedikit itu lumrah, dan kesempurnaan itu sukar diperoleh.

Selayaknya kaum muslimin lebih mementingkan saudaranya seiman dalam berbagai urusan. Hal ini merupakan sarana penting untuk melanggengkan ukhuwah imaniah, sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya,”Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang-orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sekalipun diri mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” (Al Hasyr/59:9)

Sewajarnya juga seorang muslim melindungi saudaranya yang seaqidah. Marah karena saudaranya diganggu sebagaimana fakta hari ini saudara – saudara muslim di Palestina didzalimi oleh penjajah israel. Dia akan marah ketika kehormatan saudaranya dirampas dan harga dirinya dihinakan, atau ia mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan. Dia akan merasa sedih tatkala saudaranya bersedih. Melakukan pembelaan dan mendukung perjuangan saudara – saudara muslim di Palestina atau di belahan dunia lain.

Hal tersebut merupakan bentuk saling mengasihi dan menyayangi sesama saudara mukmin. Saling memberi pertolongan dan bantuan dalam memenuhi segala dan kebutuhan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menghilangkan kesulitan dari saudara mukmin, maka Allah akan menghilangkan kesulitan darinya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan orang sedang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat.” (HR Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah). Memberikan bantuan dan dukungan pada sesama muslim yang sedang dalam kesusahan. Setidaknya dalam bentuk mendo’akan dan memohonkan ampun kepada Allah.

 

Khatimah

Aqidah Islam adalah keimanan pada Allah ta’ala, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, serta iman kepada qada dan qadar-Nya. Aqidah adalah pondasi syariat sekaligus landasan amal manusia. Maka selayaknya seorang muslim beraktivitas menjalani kehidupannya berdasarkan keimana pada yang enam tersebut.

Menjalin persaudaran Islam karena niat menjalankan perintah Allah ta’ala. Tidak memutusakan silaturrahim karena hal tersebut dilarang oleh Allah ta’ala. Membantu kesulitan saudara sesama muslim karena percaya bahwa membantu kesulitan manusia di dunia akan mendapatkan balasan mendapat kemudahan di hari akhir. Semua perbuatan dilandasi keimanan pada yang enam. Maka niscaya akan memberikan kebaikan di dunia maupun di hari akhir.

Wallahu a’lam bi ashowab.

Posting Komentar untuk "Aqidah Islam Perekat Ukhuwah Islamiyyah"